For professional profile please visit my LinkedIn

Apakah semua hewan memiliki ekor fungsional?

Hewan vertebrata memiliki tulang ekor, meskipun tidak berekor

Beberapa waktu lalu, saya membaca artikel di theconversation.com berjudul "Mengapa hewan memiliki ekor?". Artikel tersebut merupakan terjemahan dari artikel asli berbahasa Inggris berjudul "Why do animals have tails?" yang ditulis oleh Michael A. Little, seorang profesor emeritus bidang Anthropologi di Binghamton University, State University of New York. Tulisan tersebut merupakan salah satu artikel dari series Curious Kids, suatu segmen yang menyajikan ulasan dari pertanyaan dan keingintahuan anak-anak. Penjelasan mengenai ekor tersebut dimulai dengan fakta penemuan fosil hewan berekor sejak ratusan tahun lalu, kaitan perubahan bentuk ekor dengan evolusi ikan-ikan menjadi spesies darat, fungsi ekor, hingga akhirnya menuju pada bahasan singkat atas hilangnya ekor pada manusia (maksudnya tidak memiliki ekor menjulur seperti pada beberapa jenis hewan). 

Contoh beberapa fungsi ekor pada berbagai hewan sudah dijelaskan oleh penulisnya. Tetapi dalam blog ini, saya ingin membahas beberapa hal yang perlu dijabarkan lebih jelas lagi, untuk memberikan jawaban bagi anak-anak atau siapa saja yang punya keingintahuan akan hal tersebut. Pertama, untuk menjawab pertanyaan mengapa hewan memiliki ekor, perlu kita awali dengan bahasan apakah semua hewan memiliki ekor? Untuk menjawab itu, kita perlu menyamakan persepsi tentang definisi ekor. Jika kita berbicara ekor sebagai bagian tubuh yang menjulur di bagian belakang (caudal) tubuh, faktanya, beberapa hewan tidak memilikinya, sama seperti manusia, misalnya pada primata dari kelompok kera, seperti orangutan, gorila, simpanse, ataupun jenis hewan lain seperti marmut dan sebagainya. Jadi, dengan sudut pandang tersebut, kita bisa katakan tidak semua hewan memiliki ekor (seperti yang kita lihat pada monyet, anjing, kucing, buaya, kadal dan lainnya). 

Gorilla tidak memiliki ekor fungsional (pexels.com/Jonathan lajoie)

Kedua, ditinjau secara anatomi, semua hewan vertebrata (terdiri dari kelas Mamalia, Aves, Pisces, Reptilia, dan Amphibia) memiliki tulang ekor. Sesuai nama kelompoknya, hewan vertebrata merupakan hewan yang memiliki tulang belakang (vertebrae, dalam bahasa latin). Tulang belakang ini tersusun atas beberapa segmen mulai dari tulang leher (cervical vertebrae), tulang punggung (thoracic vertebrae), tulang pinggang (lumbar vertebrae), segmen tulang kelangkang (sacrum), dan tulang ekor (coccygeal, caudal vertebrae). Jumlah tulang pada setiap segmen bervariasi, berbeda antara manusia dan hewan lain menurut jenisnya, termasuk pada segmen tulang ekor. Prinsipnya, semua hewan vertebrata memiliki segmen tulang ekor ini, hanya saja bentuk dan jumlahnya bervariasi. Ukuran panjang-pendek, jumlah, serta struktur tulang penyusunnya ini mempengaruhi tampak atau tidaknya penjuluran yang kita pahami sebagai "ekor". 

Ketiga, jika keberadaan ekor dikaitkan dengan evolusi, hal ini hanya berdasarkan teori yang dirumuskan oleh beberapa kalangan (ilmuwan), baik teori mengenai hewan darat berasal dari hewan air, maupun teori bahwa nenek moyang manusia adalah suatu mahluk yang memiliki ekor seperti yang dinarasikan dalam tulisan Michael A. Little, yang sejak nenek moyang manusia berjalan tegak, ekor fungsional tidak lagi diperlukan. Saya pribadi bukan termasuk kalangan yang sepakat dengan teori-teori tersebut. Fakta adanya segmen tulang ekor pada mahluk tak ber-"ekor" tidak perlu kita tafsirkan bahwa mereka dulunya adalah mahluk dengan penampilan berbeda (memiliki ekor). Evolusi dalam konteks perkembangan individu sejak masa embrional, menjadi fetus yang memiliki ekor, kemudian berkembang hingga pasca kelahiran, lebih masuk akal dan mudah diterima siapa saja. Lebih rinci lagi, pada semua hewan vertebrata, pada masa embrional, ada tahapan di mana individu tersebut (sempat) memiliki ekor, dan akan menyusut (rudimenter) atau berkembang tergantung spesiesnya. Apakah manusia punya ekor? Jawabannya Iya, kita, manusia, punya ekor selama periode yang singkat pada masa embrional saja, yang merupakan titik awal kehidupan kita. Kita percaya, manusia pada masa lampau pun tidak pernah punya ekor fungsional (yang berkembang) sampai manusia pada zaman ini, kecuali terdapat kelainan yang bisa dijelaskan secara medis. Begitulah mahluk (manusia dan hewan) diciptakan beraneka ragam, dengan bentuk dan karakter masing-masing. Kegunaan berbagai adaptasi fungsional dari "ekor" ini juga sudah dijelaskan oleh Michael A. Little dalam tulisannya. 

Jadi, beberapa hewan memiliki ekor fungsional karena mereka membutuhkannya (atau ekor tersebut punya peran tertentu), dan sebagian lainnya tidak memerlukan sehingga ekornya tidak berkembang (tidak berekor juga menjadi keuntungan bagi mereka). 

Veterinary anatomist | School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, IPB University | Ph.D. student, Joint Graduate School of Veterinary Sciences, Tottori University, Japan

Post a Comment

Komentar atau tidak komentar tetap thank you.