For professional profile please visit my LinkedIn

Eclampsia pada Anjing


Pada hewan kecil, khususnya anjing, yang sedang dalam masa menyusui setelah melahirkan,  banyak dilaporkan kasus eclampsia. Eclampsia lebih banyak dilaporkan pada anjing dibandingkan pada kucing, tetapi data kasusnya tidak sebanyak hipokalsemia yang dilaporkan pada hewan besar (sapi perah). Eclampsia merupakan penyakit akut, yang disebabkan oleh rendahnya kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia), sering terjadi pada anjing ras kecil dengan jumlah anak banyak, jarang pada kucing (Eldredge et al. 2007; Pathan et al. 2011).  Kejadian eclampsia juga dapat terjadi selama kebuntingan dan akan menyebabkan distokia (Eldredge et al. 2007). Dengan etiologi penyakit yang sama, jika pada anjing disebut eclampsia, pada sapi perah lebih lazim dikenal dengan milk fever, sedangkan pada domba disebut purpueral tetany.

Eclampsia sering terjadi pada anjing betina 1-3 minggu setelah melahirkan tetapi kasus ini juga kadang-kadang ditemukan selama masa kebuntingan (Pathan et al. 2011). Kejadian eclampsia terjadi pada masa-masa tersebut karena tingginya kebutuhan outflow kalsium untuk produksi susu. Eclampsia cenderung banyak terjadi pada anjing-anjing ras kecil (hyper-exitable breeds). Hal ini dapat dijelaskan melalui logika bahwa proporsional kebutuhan susu untuk anak anjing dari ras kecil lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan susu anak anjing dari anjing-anjing ras besar (apabila dibandingkan antara ukuran induk anjing dan puppies) . Eclampsia juga dapat dikaitkan dengan banyaknya jumlah puppies. 

sumber gambar: zimfamilycockers.com
Kondisi hipokalsemia pada kasus eclampsia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya nutrisi yang buruk, kadar albumin yang rendah dalam darah, produksi susu dalam jumlah banyak, dan penyakit kelenjar parathiroid (Pathan et al. 2011). Eclampsia dapat terjadi karena ketidakseimbangan in flow dan out flow kalsium dalam darah. In flow kalsium dalam darah berasal dari metabolisme kalsium yang diambil dari tulang serta gastrointestinal, sedangkan out flow kalsium yaitu distribusi kalsium dalam darah yang dialirkan untuk produksi susu. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kadar kalsium dalam darah. Selain itu, pemberian pakan tinggi kalsium pada masa kebuntingan akhir dan awal masa menyusui dapat memberikan biofeedback negatif terhadap sekresi parathormon/PTH, yang disekresikan oleh kelenjar parathiroid, sehingga justru keadaan hipokalsemia yang dihadirkan.

Gejala klinis dari eclampsia adalah kegelisahan, pernapasan cepat, dan membran mukosa pucat (Eldredge et al. 2007). Induk anjing yang terkena eclampsia mengalami demam, dengan temperatur mencapai 104 °F atau 40 °C (Ettinger 1983). Pada kondisi berat dapat terjadi kondisi hipersalivasi dan temperatur rektal meningkat menjadi 41 °C (Eldredge et al. 2007). Gejala klinis sangat jelas yang dapat diamati dari anjing tersebut adalah panting dengan napas cepat dan tersengal. Salah satu gejala yang dapat terlihat pada kondisi hipokalsemia adalah panting atau hiperventilasi (Rubin dan Carr 2007). Gejala panting yang berat dapat menyebabkan kondisi alkalosis. Konsentrasi kalsium terionisasi di dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi protein, status asam-basa tubuh (alkalosis dapat meningkatkan pengikatan protein terhadap kalsium serum dan kondisi ini dapat memperburuk keadaan hipokalsemia), serta ketidakseimbangan elektrolit tubuh.

Diferensial diagnosa dari hipokalsemia (eclampsia) antara lain yaitu hipoglikemia, toksikosis, dan epilepsi. Hipoglikemia dapat terjadi secara bersamaan dengan kejadian hipokalsemia, tetapi hipoglikemia dapat dibedakan dari hipokalsemia, yaitu pada kondisi hipoglikemia, kekakuan otot tidak terjadi.  Toksikosis atau keracunan dapat dibedakan dengan melihat signalement dan sejarah. Epilepsi atau gangguan saraf dapat dibedakan berdasarkan signalment serta diagnosis kadar kalsium dalam darah (Freshman 2000). Akan tetapi, eclampsia sendiri merupakan penyakit yang sangat mudah dikenali tanda klinisnya.

Kasus eclampsia merupakan kasus emergency, sehingga perlu penanganan cepat. Penanganan awal yang diberikan pada anjing adalah pemberian preparat infus Asering melalui rute intravena. Pemberian infus ini bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh anjing yang ada pada kondisi demam. Pemberian antipiretik dan kompres dingin (bagian tubuh, ekstremitas khususnya, dibalut dengan kapas alkohol) dapat digunakan untuk menurunkan suhu, karena jika tidak diturunkan suhunya, demamnya akan menuntun kepada kondisi heat stroke yang berujung pada kematian. Selain itu, preparat kalsium injeksi untuk menyokong kadar kalsium dalam darah juga diberikan melalui rute intravena. Pemberian terapi ini akan menyebabkan perbaikan kondisi dalam 15 menit (terjadi relaksasi otot). 

Eclampsia pada anjing dapat dicegah dengan beberapa cara, yaitu pemberian pakan yang seimbang dengan jumlah rasio kalsium dan phosphor sesuai, yakni 1,2:1; pemberian suplemen kalsium, posphor, dan vitamin D  dengan porsi sedikit demi sedikit mulai awal masa pertengahan kebuntingan; pemberian suplemen kortison, pemberian suplemen puppies yang mengandung milk replacer, selain itu dilakukannya penyapihan puppies segera.


Referensi:

Eldredge DM, Carlson LD, Carlson DG, Giffin JM. 2007. Dog Owner’s Home Veterinary Handbook, Ed ke-4.  New Jersey: Wiley Publishing, Inc.
Freshman JL. 2000. Eclampsia. Di dalam Tilley dan Smith, The 5 Minute Veterinary Consult Ver. 2. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Kelly WR. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis, Ed. ke-3. London: Bailliere Tindall.
Pathan MM, et al. 2011. Eclampsia in the dog: an overview. Veterinary World 4(1):45-47.
Tilley LP, Smith FWK. 2000. The 5 Minute Veterinary Consult Ver. 2. Lippincott Williams & Wilkins. USA.
Plumb DC. 1999. Veterinary Drug Handbook 3rd Ed. Phamma Vet Publishing. Minnesota.




Veterinary anatomist | School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, IPB University | Ph.D. student, Joint Graduate School of Veterinary Sciences, Tottori University, Japan

Post a Comment

Komentar atau tidak komentar tetap thank you.