Singa merupakan salah satu
satwaliar yang ada di bumi ini. Ada hal menarik yang orang-orang pikir
tentang singa, yaitu singa adalah raja hutan. Padahal, julukan Si Raja
Hutan lebih pas diberikan kepada harimau, yang di Indonesia ini memiliki
satu spesies masih hidup, yaitu Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).
Kenapa harimau? Karena habitat singa adalah di padang savana, seperti
yang kita sering lihat di layar televisi. Ok, tapi bukan itu inti
tulisan yang akan saya buat.
[sumber gambar: flickr.com] |
Begitu
juga di dalam diri kita, terdapat singa-singa hebat yang menempati hati
kita. Ada dua singa yang mencerminkan diri kita. Singa pertama adalah
singa yang badannya kuat dan bersih, sementara singa yang lain adalah
singa yang sama kuat, tetapi kotor dan mengerikan. Dua singa ini selalu
bersaing, bertarung untuk menjadi yang terkuat. Dalam suatu cerita
pembangun jiwa, seorang ayah memberikan penjelasan mengenai kedua singa
ini. Singa pertama merupakan penjelmaan dari energi positif, identik
dengan kebaikan, kejujuran, semangat; sedangkan singa kedua merupakan
penjelmaan dari energi negatif yang lekat dengan nafsu syaitan, identik
dengan kebodohan, kemalasan, dan seterusnya. Lalu, mana singa yang ada
dalam diri kita? Jawabannya adalah keduanya. Itulah alasan kenapa
manusia tidak ada yang sempurna, karena dua energi ini selalu ada
mengiringi setiap langkah kita. Untuk menjawab, singa mana yang menjadi
pengejawantahan pribadi kita, maka kembali kepada diri kita. Singa mana
yang sering kita beri makan, singa mana yang kita pelihara dengan baik.
Tentunya,
energi positif lah yang ingin kita perkuat. Diibaratkan sebuah
tabungan, setiap waktu kita menabung energi, positif maupun negatif,
tergantung perilaku kita. Jika kita melakukan kebaikan kepada orang lain
hari ini, tabungan energi positif bagi kita. Suatu saat, kita akan
mendapat kebaikan dari-Nya entah melalui perantara siapa. Sejalan dengan
hukum kekekalan energi, maka setiap energi yang kita goreskan, akan
menghasilkan energi yang besarnya sama. Jadi, mari tebarkan energi
positif, bagi diri sendiri maupun orang lain, kuatkan singa kebaikan
dalam diri kita, bersemangatlah bak Singa Padang Pasir di zaman kita
ini.
"Segenggam garam yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air, sangat asin saat kita teguk...
Segenggam garam yang sama, kita larutkan dalam danau, lalu kita teguk airnya, tidak ada rasanya....
Segenggam garam yang sama, kita larutkan dalam danau, lalu kita teguk airnya, tidak ada rasanya....
begitulah kawan, permasalahan yang kita hadapi dengan hati yang ciut, akan terasa sakit,
maka
lapangkan hati kita dalam menghadapi persoalan, niscaya tidak
sedikitpun kita goyah....." [Kalimat inspirasi diadopsi dari buku
'Kekuatan Cinta: 30 Nasehat Bagi Jiwa Perindu Nur Illahi', karya Irfan
Toni Herlambang].