For professional profile please visit my LinkedIn

Determinasi Jenis Kelamin Burung dengan Laparoscopy

Dalam dunia satwa, menjadi suatu hal penting untuk mengetahui jenis kelamin, apalagi dikaitkan dengan upaya konservasi, mengetahui informasi yang kaitannya dengan reproduksi ini menjadi bagian paling fundamental. Beberapa jenis burung, yang mempunyai sifat sexual dimorphic, sangat mudah dalam penentuan jenis kelaminnya. Artinya, ada karakteristik yang membedakan antara jantan dan betina, antara lain dari warna, ukuran, bentuk, yang umumnya dapat dilihat dari anatomi morfologi bagian tubuhnya. Contoh mudah untuk jenis burung yang memiliki sifat ini yaitu burung merak hijau (Pavo muticus). Pejantan memiliki bulu ekor panjang dan indah yang bisa ditegakkan dan mengeluarkan suara semacam suara gemerisik akibat adanya vibrasi, hal tersebut tidak ditemui pada betinanya. Sama mudahnya membedakan burung bayan jantan yang secara umum bulunya berwarna hijau dan betina yang berwarna merah.

Salah satu metode klasik yang digunakan dalam menentukan jenis kelamin dari jenis burung yang sifatnya monomorphic adalah dengan teknik laparotomy. Teknik ini memerlukan ukuran penyayatan yang memadai serta pada saat pemeriksaan gonad memiliki kemungkinan terjadinya internal bleeding yang dapat berujung pada kematian. Banyak penelitian yang memaparkan kerugian post-operatif akibat laparotomy, seperti berkurangnya aktivitas lokomotor dan kehilangan bobot badan pada 10 hari pertama postoperasi (Richner 1989). Metode lain yang digunakan dalam penentuan jenis kelamin monomorphic birds meliputi analisis ekskretori hormon steroid, determinasi kreatinin, serta analisis karyotipe. Seiring dengan perkembangan teknologi yang beriringan dengan isu animal welfare, teknik laparotomy sudah mulai ditinggalkan karena bersifat traumatik yang berat.
Pengembangan dari teknik laparotomy yang menjadi alternatif dalam penentuan jenis kelamin adalah avian laparoscopy. Teknik ini menimbulkan luka traumatik yang lebih ringan, tentunya dilakukan dengan pemberian general atau local anaesthesia yang sesuai. Beberapa praktisi satwa eksotik menuturkan bahwa burung lebih bisa bertahan dari rasa sakit dibandingkan dengan tekanan yang membuat burung tersebut stres.

Gambar 1  Aplikasi avian laparoscopy untuk menentukan jenis kelamin.


Laparoscopy dilakukan melalui penyayatan terlebih dahulu bagian yang akan menjadi celah untuk memasukkan endoscope. Beberapa pendekatan sayatan telah dipaparkan oleh para peneliti, antara lain sayatan antara os costae ke-7 dan ke-8, sayatan di caudal os costae ke-8 di depan os pubis, dan lain-lain. 
Pengetahuan mengenai titik orientasi sangat penting sebelum melakukan laparoscopy. Sayatan dibuat dengan ukuran cukup sepanjang 0.5 cm, selama endoscopy dapat mengeksplorasi secara optimal. 

Berikut ini merupakan contoh penentuan jenis kelamin pada dekukur (Streptopelia chinensis) dengan teknik laparoscopy, sayatan pada bagian caudal os costae ke-8 di depan os pubis. Protokol anesthesi dilakukan dengan pemberian kombinasi ketamin 10% - diazepam. Dalam kondisi terbius, eksplorasi menggunakan endoscope dilakukan untuk melihat gonad. Testikel akan terlihat berbentuk bulat hingga oval (bervariasi tergantung spesies) berjumlah satu pasang, sedangkan ovarium akan ditemukan dengan bentuk umum bulat atau oval dan terdapat folikel-folikel (Gambar 2).

Gambar 2 Gonad terletak di daerah antara ginjal (k) dan paru-paru (lu).  A: Testikel (t) pada burung jantan. B: ovarium (o) pada hewan betina (Taylor 1994).


Perkembangan teknologi dan pengujian laboratorium hingga tingkat molekuler sangat memungkinkan penentuan jenis kelamin burung bersifat monomorphic tanpa menimbulkan trauma (Lee et al. 2008). Akan tetapi, dengan berbagai kondisi, tentunya masing-masing memiliki pertimbangan dalam tindakan yang dilakukan, baik pertimbangan ketersediaan alat, sumber daya, biaya, dan sebagainya. 

Referensi:
.



Veterinary anatomist | School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, IPB University | Ph.D. student, Joint Graduate School of Veterinary Sciences, Tottori University, Japan

6 comments

  1. W~o~W
    Tanya dok! kalo burung, perawatan recovery post-op nya gimana ya?
    1. eh,belom dokter,ini smacam share kegiatan koas, under direction of drh.Kombo.
      perawatan post-op ya sama aja, antibiotik utk menghindari postop infection, burung ditempatkan pada kandang yang sesuai (longgar). oh iya, bbrp pndapat mngatakan klo burung lebih tahan dgn rasa sakit, tp tdk tahan stres. jd buat burung utk tdk stres (mati krna stres).
    2. hehe kan cadohe :D,
      lukanya ditutup pake apa ya? kassa steril gitu? spy ga dipatuk2 gmn? (eh, matuk nymape ga ya?)

    3. iya,cadohe..
      krna pendekatan laparoscopy pd sayatan yg cukup kecil, ga dijahit gpp..dtutup kasa bisa, ga jg ga masalah.
  2. wah mantap danang.. di taman mini?
    1. Nuhun. Iya Dok, di taman burung, under direction of drh.Kombo, hehe
      ya mskipun alat lama, tp di kampus jg belom pernah nyoba....
Komentar atau tidak komentar tetap thank you.